Layanan PLN Keren

“... listrik rumah lebih transparan dan terkendali, terkontrol...”

Hari Senin kemarin, pas salam kedua sembayang Maghrib, tetiba lampu rumah mati. 

Pet!

Selesai berdoa mudah-mudahan gak ada apa-apa, saya pun menyalakan lampu senter hape imut lawas punya saya, buat cek isi token, pulsa listrik.

Mesin token milik Perusahaan Listrik Negara, PLN, yang terpasang di rumah saya, telah terpasang lama, sejak tahun 2009-an. Ketika itu Dirut PLN masih dijabat oleh Pak Dahlan Iskan. Mesin ini termasuk inovasi beliau, yang punya kelebihan pencatatan dan penggunaan kuota listrik rumah lebih transparan dan terkendali, terkontrol. Satu inovasi dari Pak Dahlan Iskan, sebelum beliau mencapai kepercayaan sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara, BUMN, Republik Indonesia.

Waktu itu saya setuju atas ajakan pegawai PLN untuk mengganti mesin pencatat meter listrik terpakai manual dengan mesin token isi ulang, karena saya memang ngefans sama Pak Dahlan Iskan.

Juga, sebagai sesama pria yang punya banyak kenangan indah akan kawasan Madiun Jawa Timur. Pokoknya, demi mendengar nama Pak Dahlan Iskan waktu itu saya sontak teringat alam lingkungan Madiun dan sekitarnya. Tentu, juga Pecel Madiun, Es Dawet, Tepo Tahu sama Ayam Panggang Magetan.

 ***

“...bisa efektif sekaligus efisien...”

Waktu itu pula, belum banyak orang yang berkenan mengganti mesin meteran listrik terpasang di rumahnya, dengan mesin token berkinerja isi ulang pulsa listrik.

Maklum, waktu itu belum banyak penyedia jasa isi ulang token listrik. Bahkan, dalam keadaan darurat pembelian token listrik hanya bisa dilakukan di unit-unit layanan PLN terdekat, yang belum tentu dekat rumah. Namun, lama-lama penyediaan pulsa listrik menjadi peluang usaha yang lumintu, meski receh tapi banyak membantu.

Sebetulnya, pengisian pulsa token listrik apabila dilakukan dengan terjadwal, bisa efektif sekaligus efisien, karena biaya penggunaan listrik rumah bisa lebih terkendali. Caranya, dengan misalnya menetapkan tiap tanggal 1 setiap bulannya, sebagai jadwal isi pulsa listrik senilai besaran nominal bulan-bulan sebelumnya.

Kudu disiplin dilakukan pengisian pulsa listrik terjadwal seperti itu. Jika tidak, maka listrik rumah bisa padam pas malam-malam. Agak repot karena antara pukul 11 malam hingga pukul 1 dini hari, terdapat masa jeda sistem penerbitan seri token pulsa listrik PLN, yang menyebabkan nomor seri token tak bisa dibeli pas rentang waktu malam sampai dini hari itu.

Tapi saya punya rencana kontingensi, sedia cadangan seri nomor pulsa listrik, buat kondisi darurat, yang saya simpan dalam dompet. Jadi, pas lampu pet malam-malam, gak perlu repot beli pulsa listrik.

Paling repot sedikit. Soalnya pas masih ngantuk saya kudu naik-naik tangga lipat buat pencet-pencet 20-an angka nomor seri token, yang tata letak angkanya belum sama di telepon yang tatanannya lebih familiar.

 ***

“... Gagal maning, gagal maning son!...”

Lantas, seusai sembayang Maghrib itu, setelah selesai saya periksa isi nominal pulsa tersisa dari mesin token versi lama buatan Selatan Afrika, saya coba beli pulsa melalui m-banking

Gagal!

Dibilang melalui pesan terbaca di layar hape; “Nomor pelanggan tidak sesuai, periksa lagi.”

Saya periksa. Lalu saya isi lagi angka demi angka nomor pelanggan PLN rumah, terus kirim via hape, m-banking.

Gagal lagi!

Pesan di layar hape masih sama; “Nomor pelanggan tidak sesuai, periksa lagi.”

Kali ini, istri saya coba ambil alih. Biasanya wanita jemari lentiknya lebih tekun dan teliti tekan angka-angka.

Set-set-set... Kirim. Set!

Eh! Gagal maning, gagal maning son!

Saya pun coba cara manual, beli pulsa listrik ke lapak mart terdekat. Sama, gagal!

Mbak-mbak penjaga kasir mart bilang; “Maaf pak, nomor pelanggan salah...”. Saya pun sempat panik. Tapi saya berusaha tak tampak panik, jaga wibawa di hadapan Mbak-mbak kasir mart yang masih muda belia.

“Lho, kenapa ini mesin token? Ada apa garangan?” Hati saya bertanya-tanya, tetap tak bisa bergeser dari kulineran, masih kepikiran garang asem yang sudah tersedia, cemepak di meja makan, tapi dalam kegelapan.

Saya pun coba kontak ke nomor bantuan PLN, juga mengirim pesan singkat juga pesan Whatsapp, WA, melalui nomor petugas PLN yang mengurusi layanan atas pengaduan.

“Listrik sekitar perumahan ada yang padam pak?” Tanya petugas melalui pesan WA.

“Tidak ada Pak, hanya rumah saya.” Ketik saya sebagai balasan.

“Tolong difoto mesin tokennya ya pak.” Pinta petugas.

Saya pun memotret mesin token listrik, yang ada nomor seri dan kode batang. Lalu saya kirim foto itu melalui pesan WA.

Tak lama jawaban saya terima, rupanya terdapat program peremajaan mesin token listrik PLN. Apalagi mesin token listrik terpasang di rumah, berusia lebih dari 10 tahun.

Mesin token listrik rumah model lama terpasang tahun 2009 buatan Afrika Selatan

Sebungkus Garang Asem tampak tak jelas dalam kegelapan

  ***

...”Oh semua gratis cuma-cuma pak”...

Tak sampai 1/2 jam, dua petugas PLN datang, sesuai janji dari petugas layanan pengaduan.

Setelah memperkenalkan diri dan menyampaikan alasan berkunjung ke rumah, mereka berdua pun memeriksa mesin token terpasang, membuka segel dan merubah setelan menjadi mode bebas, maka listrik pun mengalir di rumah saya, lampu pun menyala, beriring suara penghuni rumah serempak bilang; “Lhaaa...” Pertanda lega.

Saya pun sempat melirik ke meja makan, garang asem dalam daun pisang tampak jelas dalam pandangan.

“Sementara listriknya loss dulu ya pak, gak usah diisi pulsa. Besok ada petugas PLN yang mengganti mesin token dengan yang baru.” Pria petugas PLN yang tampak lebih senior memberi penjelasan.

“Ada biaya beli mesin dan pemasangan Pak?” Saya bertanya balik.

“Oh semua gratis cuma-cuma pak. Mesin yang baru nanti lebih nyaring suara jika pulsa mendekati habis.” Imbuh pria ramah ini.

Setelah kedua pria ramah dan sigap pamit karena ada tugas lagi menunggu di kawasan yang menjadi wilayah tugas mereka. Kemudian, saya periksa hape hendak mengucapkan terima kasih pada petugas layanan pengaduan.

Ternyata sudah ada pesan; “Bagaimana pak? Petugas kami sudah datang di rumah?”

Segera saya hubungi langsung bahwa listrik rumah sudah mengalir, lampu-lampu pada menyala, sambil saya tiada berhenti menatap garang asem di atas meja.

Malam itu kami pun jadi menikmati hidangan malam, beriring lampu dan semangat yang menyala-nyala.

Sebungkus Garang Asem tampak jelas ketika lampu menyala

  ***

“..lebih familiar dan kualitas terjaga...”

Keesokan hari, masih pagi kisaran pukul 10-an, petugas PLN pun tiba, lantas sigap mengganti mesin token versi lama buatan negara sebelah selatan Afrika, dengan mesin token PLN buatan sebelah barat pulau Jawa. Terasa lebih familiar dan kualitas terjaga, karena ada logo Standar Nasional Indonesia, SNI punya.

Juga, susunan angka dalam mesin token PLN versi baru ini, lebih familiar karena sesuai standar tatanan angka-angka dalam papan kunci telepon digital. Sehingga pengisiannya lebih mudah.

Hanya saja memang, masih kudu naik-turun tangga. Karena mesin token yang terpasang di ketinggian 2.5-an meter di dinding sebelah luar rumah, perlu tangga buat pijakan aman. Kelak, semoga ada inovasi isi pulsa listrik cukup melalui gawai elektrik yang tiap pelanggan PLN punya. Jadi tak perlu naik-turun tangga.

Sejauh ini, anggap saja naik-naik tangga itu metafora, agar hidup lebih terang menyala, maka perlu suatu pencapaian melalui naik dan turunnya usaha. Selebihnya, karya dan inovasi PLN memang keren punya.

Mesin token listrik model baru dengan tata letak angka yang lebih familiar



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sugeng Tindak Pak Yahya

Balada Si Cangkem Asbak