Kabar Keren

...Apa gak keren ada mineral bisa ‘hidup’ begitu?...

Awal september tahun lalu, teleskop luar angkasa James Webb milik NASA menangkap keberadaan satu planet, berjarak 120 tahun cahaya dari bumi, yang terduga memiliki kehidupan di dalamnya, atas indikasi keberadaan gas-gas karbon dioksida, metana dan satu gas unik hasil metabolisme fitoplankton dalam lautan yakni dimetil sulfida, DMS.

Menarik indikasi keberadaan gas DMS yang terkandung di dalam planet berkode astronomi K2-18 b tersebut, yang apabila dibandingkan dengan keberadaan DMS dalam bumi, yang gas tersebut telah terbukti berkontribusi atas terjadinya proses homeostatis.

Homeostatis, suatu proses mekanisme otomatis dalam tubuh makhluk hidup untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar, agar mereka dapat bertahan hidup dan tetap bermetabolisme secara normal.

Mengingat jarak planet K2-18 b tersebut yang apabila manusia naik wahana berkecepatan cahaya bakal sampai 120-an tahun kemudian, atau jika manusia mampu menemukan jembatan Einstein-Rosen alias wormhole atau lubang cacing sebagai shortcut, jalan pintas, maka keberadaan makhluk hidup dalam planet tersebut masih terbatas dugaan, hipotesa, atas indikasi kandungan gas DMS dimaksud.

Ilustrasi keberadaan planet K2-18 b dalam orbit satu bintang katai merah. Sumber, NASA - Webb Discovers Methane, Carbon Dioxide in Atmosphere or K2-18 b.

Karena masih terduga ada kehidupan di planet K2-18 b, maka bisa pula terduga sebaliknya, sama sekali tiada kehidupan di sana. Jika demikian, maka gas DMS bukan karena hasil reaksi fermentasi oleh mikroba, namun hasil reaksi reduksi-oksidasi, Redoks, dari mineral-mineral dalam planet tersebut.

Jika reaksi Redoks itu yang terjadi, maka kandungan mineral dalam planet K2-18 b itu benar-benar keren, mampu menghasilkan suatu gas yang menyiratkan pertanda metabolisme makhluk hidup, suatu kehidupan. Suatu bahan mineral namun ‘hidup’.

Apa gak keren ada mineral bisa ‘hidup’ begitu?

Lalu, apabila dugaan adanya kehidupan dalam planet K2-18 b itu benar adanya, bahkan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya menyerupai manusia, maka bisa ditenggarai secara imajinasi pula, bahwa di sanalah tempat Kal-El, si Clark Kent sang Superman beserta para leluhurnya pernah tinggal.

Planet K2-18 b, mengorbit pada satu bintang katai merah pada jarak 21-an juta kilometer dari bintang tersebut, mirip dengan fenomena alami bumi dan matahari.

Juga, planet K2-18 b memiliki radius hampir 3 kali radius bumi dengan massa hampir 9 kali massa bumi. Sehingga, bisa diduga planet ini memiliki gaya gravitasi berkali lipat lebih kuat dibanding dengan gravitasi bumi.

Lalu, makhluk hidup mirip manusia di planet K2-18 b itu, apabila bertandang, hijrah ke bumi, maka mereka bakal bisa lebih melayang-layang terbang, karena mengalami homeostatis yang gravitasi lingkungannya jauh lebih rendah.

Juga, mereka bakal lebih sehat, bugar, karena terpapar radiasi matahari yang masih lebih bersinar cerah dibanding dari satu bintang katai merah yang redup.

Jadi, apakah Anda-Anda mau bertandang ke planet K2-18 b sana?

Kalo saya sih, ogah.

Orang Superman aja tinggal di bumi, betah.

Sosok fiksi Superman versi tahun tayang 2025. Sumber - DC Extended Universe

Lampiran bahan acuan tulisan

https://www.nasa.gov/universe/exoplanets/webb-discovers-methane-carbon-dioxide-in-atmosphere-of-k2-18-b/?fbclid=IwZXh0bgNhZW0CMTEAAR1VLD0VPSkLN9dF4vOdiyIvz2AHD18Is2YYf4fHI89RZgW2Od_njC74ivQ_aem_IAZmLSLFxlP34rah-Xhrgw&fs=e&s=cl

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sugeng Tindak Pak Yahya

Balada Si Cangkem Asbak