Berawal dari Eksitasi

“Termasuk kisah seram kuburan yang pas malam hari...”

Dalam ranah ilmu-ilmu sains, maka fisika adalah kakak tertua dibanding yang lain, yakni; matematika, biologi dan kimia. Sebelum orang paham bahwa 1 ditambah 1 dengan basis bilangan 10, maka hasilnya adalah 2, maka orang sudah mengamati, merasakan adanya perpindahan beban, termasuk sensasi ketiban benda.

Adalah sosok filsuf sekaligus fisikawan asal Denmark, Niels Bohr, termasuk satu dari jajaran papan atas ilmuwan fisika modern awal abad ke-20, dengan salah satu temuan fenomenalnya tentang eksitasi elektron.

Elektron, bisa berpindah ke garis orbit berenergi lebih tinggi, apabila menerima energi berlebih. Kemudian elektron itu bisa kembali lagi ke posisi orbital awalnya, sembari mengeluarkan energi. 

Fenomena pendaran spotlight marka jalan atau rompi alat pelindung diri saat terkena cahaya, adalah penjelasan nyata atas teori Niels Bohr tentang eksitasi elektron. Juga, pendaran dial arloji dari bahan fosfor, setelah terkena cahaya, juga karena elektron yang tereksitasi.

Termasuk kisah seram kuburan yang pas malam hari kelihatan ada cahaya dari dalam tanah, itu sebenarnya adalah fenomena eksitasi elektron, berupa pendaran fosfor dari tulang belulang setelah seharian terkena sinar matahari dari tanah kuburan yang ambles pun retak terbongkar oleh alam.

Jadi bila pas malam-malam lewat kuburan gelap tiba-tiba dari tanah ada cahaya yang demikian, tak usah perlu takut. Dekati saja sumber cahayanya, sambil membayangkan adanya fenomena mekanika kuantum tentang eksitasi elektron dan efek pendaran hasil energi yang dikeluarkan oleh si elektron pas balik ke orbitalnya.


“...tanpa menunggu keberadaan Lubang Cacing itu yang muncul secara alamiah...”

Jelang tengah abad ke-21, akhir-akhir ini, teori mendasar gagasan Niels Bohr tentang eksitasi elektron telah menjadi ‘liar’, sebagaimana pernah dia ungkap filosofis betapa; “segala hal yang kita bilang nyata, sejatinya terbuat dari hal-hal yang dibilang tak nyata.”

Fisika modern abad ini telah ‘lancang’ masuk kedalam ranah tak nyata. Katakanlah keberadaan semesta paralel, semesta yang jamak, perjalanan melintasi masa hingga partikel super simetri.

Adapun teori Niels Bohr tentang eksitasi elektron, bisa menjadi dasar atas pengembangan teknologi pemicu jembatan Einstein-Rosen alias Lubang Cacing, Worm Hole, secara instan, sesuai kehendak si manusia yang hendak bertualang berpindah ruang dan waktu di semesta lainnya, tanpa menunggu keberadaan Lubang Cacing itu yang muncul secara alamiah, yang tanpa satu manusia pun mampu memprediksi dan menemukan rinci keberadaannya.

Jika itu terjadi, menjadi suatu terapan atas ilmu fisika modern secara mainstream, sebagai bagian kehidupan sehari-hari, maka terdapat risiko berbahaya, berupa kejadian merugikan bahkan fatal bagi manusia itu sendiri.

Linimasa kehidupan manusia bisa berubah, sejarah bisa berganti arah, gara-gara manusia telah lancang hendak merubah jalannya sejarah.

Sejauh ini, perjalanan waktu ke masa lalu bukanlah suatu keniscayaan, namun masih memungkinkan perjalanan ke masa depan. Asal, mampu dan selamat melesat melebih beberapa kali kecepatan cahaya, menggunakan wahana yang tepat.


“...ungkapan para ilmuwan penemunya sambil bergumam; "Goddamn!..."

Syahdan, jelang akhir abad ke-20 pula, upaya untuk menggali lebih dalam atas teori-teori temuan fisikawan modern, tentunya termasuk teori eksitasi elektron gagasan Niels Bohr, terus berkembang.

Hingga, terbangun sarana riset mekanika kuantum mutakhir yang dikelola oleh dewan riset nuklir Eropa, Conseil européen pour la recherche nucléaire, CERN, proyek riset itu bernama Large Hadron Collider, LHC.

Terbangun di kawasan perbatasan Swiss seluas lebih dari 20 km persegi pada kedalaman hingga 40-an meter, LHC hingga kini terus berkembang setelah awalnya 'sekedar' membuktikan adanya partikel Super Simetri yang disebut pula partikel Higgs Boson, atau populer dikenal Goddamn Particle.

Goddamn Particle itu, yang awalnya adalah ungkapan para ilmuwan penemunya sambil bergumam; "Goddamn!..." lalu oleh awak media massa diplesetin menjadi God Particle, agar menuai kontroversi.

Sementara, proses pembuktian adanya partikel Super Simetri tersebut, melalui tahapan-tahapan yang juga membuktikan keberadaan fenomena-fenomena yang sebelumnya belum dipercaya sebagai kenyataan.

Seperti, adanya teleportasi partikel, lubang-lubang hitam di antara ruang-ruang partikel termasuk tentunya pergerakan atomik yang serba berkecepatan cahaya dan energi dahsyat yang timbul akibat tumbukan dua proton dari arah berlawanan.

Bukan hal yang mustahil, bila kelak LHC menjadi sarana riset pengembangan teleportasi, berpindah dalam sekejap, senjata pemusnah massal antimateri, menghilangkan benda tanpa bekas, hingga perjalanan melintasi ruang dan waktu dalam semesta yang berbeda-beda.

Lalu, bila teori-teori ilmuwan fisika modern yang mengemuka sejak awal abad ke-20, setelah ratusan tahun sebelumnya ilmu fisika mengalami mati suri pasca temuan Newton tentang gravitasi, kemudian berkembang menjadi teknologi terapan yang mampu membawa manusia bertualang melintasi ruang dan waktu dalam semesta yang berbeda-beda dalam keadaan utuh dan hidup, termasuk penggunaan senjata antimateri pemusnah massal, buah pengembangan teori eksitasi elektron dalam proyek LHC, maka temuan-temuan tersebut kudu diimbangi dengan tindakan yang mencegah kegiatan merusak bumi.

Ilmu pengetahuan, sains, sedapat mungkin adalah untuk saling memuliakan manusia dan seisi bumi.


Sumber inspirasi tulisan;

Niels Bohr Quote in Quantum Physics;
"Everything we call real is made of things that cannot be regarded as real." 
Source: Space and Science.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sugeng Tindak Pak Yahya

Balada Si Cangkem Asbak