Turun Ketika Bulan Puasa Menjadi Petunjuk Bagi Manusia

Kitab Suci yang Tak Tersusun Berurutan Namun Saling Terkait dan Menjelaskan

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan mereka akan mendapat surga-surga yang penuh kenikmatan. (Qur’an Surah Luqman ayat 8)

Qur’an Surah ke-31; Luqman, diawali dengan; الٓمّٓ , Alif Laam Miim. Susunan abjad Arab yang makna sebenarnya hanya Allah Subhanallahu Wa Ta'ala saja yang mengetahuinya.

Suatu kalimat Ilahiah yang menunjukkan suatu surah yang berisikan ayat-ayat bersifat mustasyabihat, ayat-ayat yang hanya Allah Subhanallahu Wa Ta'ala yang mengetahui hakikatnya. Seperti ayat ke-27 pada Qur’an surah ke-31 yakni, Luqman tentang luasnya samudera ilmu Allah Subhanallahu Wa Ta'ala

Juga dalam ayat ke-34, ayat terakhir dalam surah tersebut, tentang lima hal gaib yang hanya Allah Subhanallahu Wa Ta'ala saja yang mengetahuinya. Surah Luqman menyiratkan sosok Luqman yang bersyukur atas nikmat karunia keluarga dan ilmu pengetahuan dengan mengajak putranya untuk beriman dan memenuhi perintah Allah Subhanallahu Wa Ta'ala.

Surah-surah dalam Qur’an , memang tersusun terkait satu sama lain.

Seperti surah Luqman dan surah pendahulunya, yakni Ar Ruum (bangsa Romawi), terdapat keterkaitan tentang penciptaan alam semesta dan manusia, hingga membangkitkan manusia setelah kiamat adalah hal yang mudah bagi Allah Subhanallahu Wa Ta'ala.

Juga surah setelah Luqman, yakni; As-Sajdah, maka kelima hal gaib yang tersirat mustasyabihat dalam surah Luqman, dijelaskan dalam surah As-Sajdah (sujud). Surah yang diawali pula dengan kalimat Alif Laam Miim,  الٓمّٓ

Juga, Qur’an surah ke-55, yakni Ar-Rahman terangkai dengan surah sebelumnya, yakni Al Qamar, Rembulan, dimana dalam surah tersebut digambarkan keadaan orang-orang yang tak beriman di neraka dan orang-orang beriman di dalam surga.

Dalam Ar-Rahman, juga dijelaskan tersirat dan tersurat perihal penghuni neraka dan surga kelak, dalam tatanan agar orang-orang beriman berperilaku selalu bersyukur.

Termasuk ayat yang bersifat visioner, yang bakal ditemui oleh generasi manusia seribuan tahun lebih setelah ayat itu menjadi nubuat yang turun ke bumi, perihal pertemuan dua batas lautan, yang tak sekedar menjadi fenomena namun nyata dengan keberadaan terusan Suez, terusan Panama.

Suatu nubuat yang menyiratkan bahwa benar adanya, perjalanan manusia itu sudah tergurat dalam Kitabul Mubin, kitab nyata, Lauhul Mahfuz.

Surah Ar-Rahman terkait lagi dengan surah berikutnya, yakni Waqiah yang secara detail menggambarkan kondisi manusia di alam surga dan di alam neraka, yang mereka terbagi menjadi tiga golongan, yaitu; golongan kanan yang baik, penghuni surga. Lalu golongan kiri yang buruk, sebagai penghuni neraka. Kemudian golongan orang-orang terdahulu yang lebih dahulu beriman, pada masa-masa nabi serta rasul dan pengikutnya, mereka penghuni surga tertinggi.

 …menjadi wasiat yang sangat berharga, agar manusia mendapat bimbingan Ilahiah hingga kelak akhir waktu.

Dalam Qur’an, mulai surah pertama Al-Fatihah hingga surah terakhir An-Nas, itu berisi makna-makna yang runtut, saling terkait dan saling menjelaskan. Itu menjawab, mengapa Qur’an tak disusun berurutan sesuai dengan turunnya ayat-ayat sebagai wahyu Ilahiah melalui malaikat Jibril kepada nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

Qur’an tak diawali oleh ayat; "Iqra!" atau "Bacalah!" sebagaimana surah Al-'Alaq, namun "Bismillahirrahmanirahim" atau "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang", sebagaimana tersurat pertamakali dalam surah Al Fatihah.

Ayat-ayat yang menjadi wahyu Ilahiah yang turun ketika sang nabi masih hidup dan menebar ayat-ayat tersebut sebagai petunjuk pun bimbingan bagi orang beriman dan berserah diri, sebagai jawaban atas banyak pertanyaan, bagi sang nabi dan para pengikutnya, yakni orang-orang muslimin di Mekkah maupun Madinah.

Lalu, kumpulan ayat-ayat tersebut yang menjadi mushaf-mushaf, naskah yang tertulis, disusun oleh para sahabat Nabi, diantaranya Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas'ud dan Ali bin Abi Thalib.

Selama 23 tahun sang nabi berdakwah tentang ayat-ayat yang berasal dari wahyu-wahyu Ilahiah, maka mushaf-mushaf sekaligus menjadi wasiat yang sangat berharga, agar manusia mendapat bimbingan Ilahiah hingga kelak akhir waktu.

Pada masa khalifah ketiga, yakni Utsman bin Affan, atau kurang lebih 50-an tahun setelah sang nabi wafat, maka diputuskan bahwa mushaf-mushaf yang masih belum tersusun, untuk dikumpulkan menjadi satu kitab yang dinamakan Al Qur’an, mengambil nama dari wahyu Ilahiah yakni; Qur’an, bukan dinamakan kitab Lauhul Mahfuz ataupun Kitabul Mubin yang merupakan kitab ghaib tertinggi.

Adalah tim pengumpul mushaf-mushaf yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit, sahabat nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, yang ketika sang nabi melakukan hijrah, sosok Zaid tersebut masih remaja belia.

Tak gampang, karena butuh integritas tinggi untuk menyusun mushaf-mushaf agar saling terkait dan termaknai sebagai suatu pedoman hidup berbasis wahyu Ilahiah, yang hakiki dan termaknai pula sebagai hikmah secara umum, bukan berupa kumpulan ayat-ayat yang urut sebagaimana ketika turun sebagai wahyu Ilahiah, sewaktu sang nabi masih hidup.

Tentu, Qur’an sebagai kitab tertulis sejak khalifah Utsman bin Affan tersebut, juga mempertimbangkan wasiat-wasiat sang nabi tentang keterkaitan ayat-ayat menjadi suatu surah dan antara surah satu dengan lainnya, selain mempertimbangkan riwayat turunnya ayat-ayat selama perjalanan dakwah Sang Nabi.

Dalam kitab Al Qur’an, terdapat kisah-kisah orang beriman dan sosok-sosok teladan jaman dahulu yang termaknai pula, bahwa setiap nabi dan rasul punya mukjizat unik, sesuai jaman ketika mereka berkehidupan mengajak para manusia pengikutnya untuk mengenal Tuhan.

Nabi Adam Alaihis Salam yang mendapat mukjizat bumi, sebagai tempat yang nyaman bagi manusia untuk menjalani berbagai ujian Tuhan serta godaan iblis dan setan, dari generasi hingga generasi hingga akhir waktu nanti

Nabi Nuh Alaihis Salam dengan mukjizat bahtera di tengah air bah yang menenggelamkan seisi bumi, menjadi titik awal manusia memasuki peradaban modern.

Nabi Ibrahim Alaihis Salam punya mukjizat dua keturunan, bani, yang turun temurun menjadi para nabi dan rasul, menginspirasi manusia akan keberadaan tiga agama langit, samawi, yakni agama yang berdasarkan wahyu-wahyu Ilahi, yang bisa termaknai melalui tiga kitab suci yakni Taurat, Injil dan Al Qur’an.

Nabi Musa Alaihis Salam, sang Kalamullah, dengan mukjizat antara lain tongkat, tangan, membelah lautan, Lauh Taurat serta berbicara langsung dengan Tuhan.

Nabi Yusuf Alaihis Salam mendapat mukjizat mampu mengulas takwil mimpi dan gantengnya minta ampun, yang bahkan membuat seorang istri pembesar Mesir, Al Azis, menjadi tergoda untuk melakukan perbuatan terlarang kepada sang nabi. Juga ketampanan nabi Yusuf yang mampu membuat banyak wanita Mesir tak sengaja mengiris jari-jemari mereka menggunakan pisau makan, demi melihat kemolekan wajah pria yang luar biasa.

Nabi Sulaiman Alaihis Salam dengan mukjizat kaya raya serta mampu berkomunikasi dengan hewan-hewan. Satu-satunya nabi yang tergambarkan tertawa ceria demi melihat tingkah semut dan nabi yang terkisahkan melihat betis seorang ratu, saat wanita ini menyingkap pakaian penutup kedua kakinya demi mengira lantai kaca istana adalah kolam air jernih.

Nabi Isa Alaihis Salam dengan mukjizat berbicara selagi bayi, menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta, menyembuhkan orang kusta, membuat sebongkah batu menjadi burung atas ijinNya, hingga nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam mendapat mukjizat berupa Qur’an.

Menjadi hikmah betapa mukjizat para nabi berturut-turut tersesuaikan dengan jaman para nabi tersebut berkehidupan menebar dakwah berupa peringatan akan keberadaan Sang Maha Tinggi dan kehidupan setelah kematian setelah kiamat kelak.

Kisah-kisah mukjizat para nabi terdahulu yang seolah keluar nalar dari orang masa kini, bukanlah dongeng melainkan nyata. Menuai hikmah bagi para penyimak kisah-kisah tersebut demi menuai makna kebaikan yang tersirat.

Hingga, tiba era manusia yang berpikir dan berperilaku mengutamakan nalar dan ilmu pengetahuan, pada masa nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, dengan mukjizat Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, hingga kelak kiamat tiba.

Selamat Nuzulul Qur’an tahun 1445 Hijriah, 2024 Masehi. Ayo terus mengaji dan mengkaji makna tersirat dan tersurat. Qur’an penerang jalan hidup dan sumber ilmu pengetahuan.

Koleksi Penulis berupa satu jilid Kitab Al Qur’an cetakan 1 Maret 1971 yang diterbitkan oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an sebagaimana Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 26 Tahun 1967. Kitab Qur’an terjemahan bahasa Indonesia ini, sebagai realisasi atas arahan dari Khadim Al Haramain Asy Syarifain (Pelayan kedua Tanah Suci) Raja Fahd ibn ’Abd Al’Azis Al Sa’ud, yang selanjutnya, hingga kini, menjadi acuan terjemahan bahasa Indonesia bagi pencetakan dan penerbitan Kitab Al Qur’an di Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sugeng Tindak Pak Yahya

Balada Si Cangkem Asbak