Like Dissolves Like
“Yes!“ Girang Yoga, mengepal telapak kanannya. Ia memang penikmat kopi. Temaram lampu kamar, membias kekuningan. Lembut cahaya tampak agak kabur, seolah menyapa Pratiwi saat pelan-pelan membuka kedua matanya dari lelap semalaman. Sunyi, tenang, menjelang subuh yang suara adzan dari masjid sekira dua ratus langkah ke timur laut rumah, belumlah berkumandang. Hawa dalam kamar terasa sejuk, sehabis hujan tengah malam. Sudah dua mingguan ini, cuaca begitu gerah, seolah air hujan enggan menerpa tanah, tega telah membiarkan permukaan bumi yang dalam diamnya, ia sangat merindukan basah rintik air. Agak repot Pratiwi beringsut ke tepi ranjang. Dia duduk sebentar, menata suasana hati dan raga, menyambut pagi yang sebentar lagi segera tiba. Dibentangkannya kedua lengan tangannya, lalu menyatu mengarah ke atas. Pratiwi mengeliat hingga kedua pangkal lengan daster batik katun yang dikenakannya melorot hingga menyentuh ketiaknya. Lega, Pratiwi mengendurkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku setelah