Menembus Kabut Patuha

…juga menebar manfaat dan berbagi kepada sesama yang membutuhkan.

Menembus Liku Hamparan Hijau

Cuaca mendung, sempat hujan turun, sebelum kami menuju kawasan kebun teh di lereng gunung Patuha, tak jauh dari kawasan wisata Kawah Putih, kabupaten Bandung. Satu perkampungan keluarga petani teh di kawasan itu menjadi tujuan kami. Membagi sembako dan bingkisan untuk lebaran tahun 2024.

Suatu kampung yang terletak di ketinggian 2500-an meter lebih di atas permukaan laut, di tengah hamparan luas kebun teh, telah turun temurun menjadi hunian nyaman penuh harapan bagi warga petani teh beserta keluarganya.

Melalui jalanan tanah bebatuan berliku, sejak tempat wisata Kawah Putih, serombongan kendaraan nampak perlahan menyusuri lintasan sepanjang perkebunan teh, sesekali tampak beberapa orang setempat ramah menyapa. Mereka, tujuh kendaraan khusus melaju jalanan alami, para anggota Pajero Adventure Indonesia (PAI).

Tampak dari kejauhan, iringan kendaraan anggota PAI melaju santun ramah menyapa alam lingkungan dan penduduk setempat yang bersua.

Suatu komunitas yang para anggotanya memiliki hobi serupa, yakni pecinta alam lingkungan, bertualang melaju jalanan alami jauh dari jalanan aspal dan kebisingan kota juga menebar manfaat dan berbagi kepada sesama yang membutuhkan.

Pemandangan kampung Cileueur tampak sejuk hijau jauh dari polusi udara

Cocok, kegiatan kali ini, berbagi sembako, baju bekas layak pakai bagi enam puluh lima keluarga di kampung Cileueur, suatu kampung paling ujung di hamparan teh milik PT Perkebunan Nusantara VIII yang pengelolaannya dilimpahkan pada PT Agri Wangi Sentosa sebagai perusahaan penghasil teh premium, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Cocok, karena selain kegiatan berbagi yang dilakukan pada bulan suci, juga memenuhi kaidah petualangan seru menembus jalanan alami menanjak berliku sesekali menurun curam. Termasuk, cocok karena kegiatan ini memaknai pentingnya menjalin tali silaturahm antara anggota PAI, yang dalam setiap agenda rutin mereka, seringkali beriring pula dengan kegiatan kemah cinta alam dan saling berbagi pengetahuan selama pertemuan yang terjalin ramah bersahabat.

Bisa berbagi kebahagiaan, merupakan kebahagiaan itu sendiri…

Hakikat Petualangan

Atas bimbingan penujuk arah oleh seorang pria muda yang juga seorang guru sekolah dasar di kampung tersebut, tepat ketika adzan Dhuhur berkumandang dari sebuah surau, ketujuh kendaraan dengan kesebelas anggota PAI baik pengemudi maupun penumpang kendaraan-kendaraan itu pun tiba di kampung yang dituju.

Adzan Duhur menyambut kedatangan rombongan PAI bertandang ke kampung Cileueur guna berbagi dan menyambung tali silaturahmi

Setelah menjalankan shalat Dhuhur berjamaah, lalu berkumpul para anggota PAI dengan semua warga kampung Cileueur dalam surau seluas kurang lebih 7x10 meter persegi itu. Kebanyakan wanita dan anak-anak hadir ke dalam surau. Suasana pun menjadi hangat, menawar rasa dingin menusuk tulang yang menerpa karena hujan deras tiba-tiba mengguyur bumi.

Bisa berbagi kebahagiaan, merupakan kebahagiaan itu sendiri. Wajah-wajah polos nan sehat ceria menghias kegiatan berbagi sembako dan baju bekas layak pakai bagi wakil 65 kepala keluarga yang tercatat sebagai penghuni kampung itu. Jelas sehat, saban hari mereka menghirup udara segar tanpa polusi selayaknya udara di kota-kota.

Tak hanya warga, para anggota PAI pun terpicu niat tulus mereka. Indahnya panorama alam, sejuk segar hawa suasana, tanah bebatuan yang ramah menyambut petualangan roda-roda kendaraan sebagai wahana, sambutan nan penuh gembira semua warga, lantas menggurat pikiran akan kegiatan yang kurang lebih sama, yang bakal terhelat beberapa waktu mendatang di tempat yang berbeda.

Suasana akrab anggota PAI bersama warga kampung Cileueur

Selama kurang lebih dua jam, kegiatan berbagi terlaksana seiring hujan yang mulai reda. Para petualang peraih kebahagiaan atas anugerah alam lingkungan dan harmoni kemanusiaan, mereka para anggota PAI pun pamit undur diri, melanjutkan perjalanan kembali menikmati panorama hamparan hijau kebun teh, dalam cuaca syahdu mendung berhias kabut.

Bagi mereka, para anggota PAI yang sudah pasti telah memiliki kelebihan harta benda berupa kendaraan khusus yang mampu melintasi kondisi tanah bebatuan juga kontur nan alami, maka kegiatan berbagi yang demikian adalah suatu kebahagiaan. Betapa tidak, karena menggapai harmoni antara alam lingkungan dengan jiwa kemanusiaan adalah hakikat petualangan.

 …sumbangsih agar iklim bumi terjaga.

Mensyukuri Karunia Ilahi

Luar biasa karunia alam di bumi Parahiyangan, Jawa Barat. Sepanjang perjalanan kembali pulang melalui kawasan Ciwidey, Pengalengan Kabupaten Bandung, terdapat banyak kawasan hutan yang masih rapat pepohonan. Tampak lestari, anggun memesona.

Demikian halnya hamparan kawasan perkebunan teh yang terbesar se-Indonesia berada di kawasan ini, telah menyiratkan pesan alam agar kelimpahan flora pun fauna di kawasan ini kudu dijaga. Karena, tanaman teh, juga kopi, bisa mengindikasi adanya dampak perubahan iklim yang tengah terjadi. Bila suhu alam sekitar menghangat, lalu teh juga kopi tak bakal subur lagi.

Sejauh mata memandang adalah hamparan hijau daun teh nan luas di sebagian gunung Patuha yang sejuk subur.

Karunia tanah Parahiyangan beserta kebijakan lokal masyarakat beserta tradisi turun menurun, bisa menjadi teladan bagi wilayah lain di Indonesia akan pentingnya menjaga kelestarian alam, merawat keseimbangan lalu memberi sumbangsih agar iklim bumi terjaga.

Menjelang berbuka puasa, setelah perjalanan panjang hampir tiga jam, maka ketua rombongan PAI memutuskan untuk singgah di suatu tempat asri dekat telaga, masih di wilayah Ciwidey yang luas. Tenda pun dipasang, kursi meja dihampar, aneka penganan ringan berbuka puasa dan minuman hangat pun siap tersaji menunggu adzan Maghrib berkumandang.

Suatu tatanan menjalin tali silaturahm nan unik dari para anggota PAI yang saling menyebut Oom dan Tante sebagai sapaan akrab. Rasa penuh kebersyukuran karena telah berserah diri dan memenuhi ajakan Ilahi, terungkap dalam wujud kegiatan-kegiatan menikmati karunia alam lingkungan dan berbagi pada sesama.

Lalu, bersama setiap teguk secangkir teh hitam hangat dalam genggaman, setiap mereka menggali gagasan-gagasan penuh kebaikan dalam dirinya, guna mewujudkannya dalam kegiatan mendatang. Bersama tatapan pada sang surya yang telah luruh menjingga pertanda larut malam bakal tiba.

Penulis (jaket abu-abu) berfoto bersama sahabat karibnya sejak remaja yang pecinta alam dan pegiat komunitas Pajero Adventure Indonesia, PAI. 

Telaga Asih, 30 Maret 2024.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sugeng Tindak Pak Yahya

Balada Si Cangkem Asbak