Tahun 2025 Alien Mengunjungi Bumi?

 Mulai Perang Materi Versus Anti Materi Sampai Program SETI Berhenti

…dalam ruang dan waktu yang tak kasat mata…

Sejak Max Planck mengemukakan konstanta Planck sebagai basis hitungan teori kuantum pada tahun 1899 atas ditemukannya tentang foton, yaitu suatu partikel elementer tak memiliki massa yang mampu merambat dengan kecepatan cahaya meski dalam kondisi hampa udara, maka ilmu fisika klasik pada era pasca temuan gravitasi Sir Issac Newton yang waktu itu sedang mati suri, menggeliat lagi berevolusi menjadi suatu ilmu pengetahuan baru, bernama fisika modern.

Ilmu pengetahuan yang menelaah tentang mekanika atau pola sistematik materi dalam semesta kuantum, yaitu dalam ruang dan waktu yang tak kasat mata karena berukuran atom hingga sub-sub atom ini, telah menjadi kegandrungan baru pada awal hingga pertengahan abad ke-20, yang lalu melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang tersohor dengan teori-teori, terkait pola sistematik dalam semesta kuantum tersebut.

…bertualang di alam semesta yang tiada bertepi di luar bumi…

Relativitas Hingga Lubang Cacing

Seperti Albert Einstein dengan teori relativitas yang menjelaskan tak ada hal yang mutlak bagi suatu obyek, saat berada dalam ruang dan waktu tertentu. Misal, ada orang yang sedang berjalan di dalam Kereta Rel Listrik (KRL) yang sedang bergerak lebih cepat dan berjalan searah dengan dengan orang itu, maka orang itu akan terlihat relatif lebih cepat berjalan daripada KRL, oleh orang lain yang sedang berdiri di luar KRL.

Erwin Schrödinger dengan formula mekanika kuantum yang pernah menghebohkan dunia, tentang pembuktian teori tersebut dengan cara meracun seekor kucing hingga mati. Dalam perhitungan formula mekanika kuantum tersebut, maka kucing itu tak mati melainkan hanya berpindah ke semesta kuantum tak kasat mata yang berada di sebelah kucing tersebut.

Sosok Erwin Schrödinger yang terkenal dengan fenomena lompatan kuantum partikel seekor kucing ke semesta lain. Foto sumber: researchgate.net

Lalu, ada Jembatan Einstein-Rosen yang merupakan konsep non teoritis gabungan dari fisikawan Albert Einstein dengan Nathan Rosen yang kemudian memicu imajinasi lubang cacing (wormhole), suatu poros lubang maya yang karena memadukan pola elektromagnetik materi-materi atomik dalam rumusan mekanika kuantum yang tepat, maka suatu foton berkecepatan cahaya dapat melaluinya dari semesta yang berada awal lubang, menuju ke semesta baru di akhir lubang, dalam waktu bahkan sepersekian detik tak sampai mata manusia sempat berkedip.

Jembatan Einstein-Rosen, sebuah teori hipotetis tentang keberadaan Lubang Cacing dalam dimensi Ruang-Waktu, yang memungkinkan perjalanan antar bintang dalam waktu relatif singkat. Foto sumber: space.com – What is wormhole theory?

Imajinasi keberadaan lubang cacing ini, sebagai impian kelak bagi manusia mampu bertualang di alam semesta yang tiada bertepi di luar bumi, dari galaksi ke galaksi dalam waktu yang sekiranya umur manusia mampu berkelana di antaranya.

Hingga Stephen Hawking yang memadukan semesta mikro kosmis, yakni kaidah mekanika kuantum dalam semesta atom, dengan semesta makro kosmis, yakni kaidah keberaturan kosmologis seperti tata surya, galaksi dan temuannya atas fenomena lubang hitam (black hole) pada tahun 1974.

Fenomena terbentuknya untaian bak ekor pada sebuah bintang dalam gugus Cygnus X-1 yang ternyata adalah tersedotnya materi bintang bercahaya itu oleh lubang hitam yang bersanding di sisinya.

Ilustrasi Cygnus X-1 fenomena yang ditemukan tahun 1964 tentang keberadaan black hole berjarak lebih dari 7.000 tahun cahaya dari matahari. Foto sumber: astronomy.com -Cygnus X-1: The black hole that started it all

…keberaturan keberadaannya yang absolut hingga asal muasalnya terjadi.

Bagai Sebutir Debu Dalam Hamparan Gurun

Kehadiran sosok-sosok fisikawan yang mendunia karena teori maupun indikasi kebenaran rumusannya itu, turut mengukuhkan bahwa ilmu pengetahuan fisika modern sejak digagas oleh Max Planck melalui konstantanya pada awal tahun 1900-an, telah berkembang pesat yang tak lagi mengurusi ranah fisika klasik, yang lebih bermanfaat untuk membantu manusia dalam mengelola bumi. Namun, lebih ke upaya pencapaian penjelajahan antar semesta baik makro kosmis maupun mikro kosmis dengan ruang dan waktu yang relatif.

Selain itu, pengembangan fisika modern juga menjadi dasar pengetahuan manusia untuk menguak misteri alam semesta, mulai dari keberaturan keberadaannya yang absolut hingga asal muasalnya terjadi.

Jika fisika klasik era Isaac Newton, pada intinya mengembangkan anugerah gravitasi dalam bumi sehingga salah satu manfaatnya adalah manusia sangat terbantu untuk mengembangkan teknologi infrastruktur bumi, maka fisika modern era Max Planck dan ilmuwan-ilmuwan yang terpengaruh oleh konstantanya, telah membantu manusia dalam mengembangkan teknologi informatika. Bahkan, mampu mengirimkan pesan ke luar bumi hingga ribuan tahun cahaya jauhnya, melewati tebaran bintang-bintang.

Kaidah fisika modern pun telah menginspirasi banyak orang untuk setidaknya merenungkan, bahwa manusia adalah bagai sebutir debu di tengah hamparan gurun luas tiada bertepi.

Ruang dan waktu menjadi dimensi baru bagi alam semesta sejak itu.

Perang Bintang Antara Materi Versus Anti Materi

Syahdan. Sekira 14 milyar tahun lalu, alam semesta yang maha luas namun sunyi dan gelap gulita, mendadak sontak dikejutkan oleh sebuah letupan kecil dengan nyala sekejap berkisar sepersekian juta detik.

Plep! Demikian letupan kecil itu terjadi dalam sudut pandang Singularitas, namun luar biasa dahsyat bagi alam semesta yang tadinya sepi. Sebuah dentuman besar mengawali jalan sejarah baru bagi alam semesta.

Big Bang, milyaran tahun kemudian manusia menyebutnya. Ruang dan waktu menjadi dimensi baru bagi alam semesta sejak itu.

Tak hanya kilatan cahaya dan suara, dentuman itu juga menyemburatkan zarah berupa materi pun anti materi. Keduanya lalu bersaing mempertahankan keberadaannya dalam ruang yang selalu mengembang dan waktu yang senantiasa berdetak ke depan, dalam alam semesta yang luas tak bertepi.

Ilustrasi Big Bang dan perjalanan sejarah perkembangan isi alam semesta sejak 14-an milyar tahun lalu, hingga kini kalangan ilmuwan belum mengetahui berapa kecepatan jagat raya berkembang. Foto sumber: forbes.com – Scientists Still Don’t Know How Fast The Universe is Expanding.

Pergulatan antara ada dan tiada, berjalan begitu panjang antara materi dengan antimateri, demi meraih dominasi dalam alam semesta, yang sejak dentuman besar itu mau tak mau, suka tak suka harus memaklumi keberadaannya sebagai wadah jalan sejarah, dalam koridor ruang dan waktu yang juga tidak pernah diam.

Dalam perjalanan pertarungan antara keduanya, terbukti materi lebih berkembang eksponensial. Sementara antimateri yang tumbuh lebih lamban, harus mengakui keunggulan sang materi.

Sebagai pemenang, maka sang materi semakin berkembang dari zarah seukuran elektron, berturut-turut menjadi atom, molekul, senyawa, hara. Kemudian terus membesar menjadi asteroid, planet, bintang, hingga galaksi. Sang materi yang bertebaran seolah tak beratur, padahal penuh keberaturan, pelan namun pasti mengisi alam semesta yang tadinya kosong melompong.

Tak hanya materi anorganik, maka zarah organik pun turut berkembang. Berawal dari sel tunggal yang melalui proses mitosis, perlahan menjadi jaringan. Kemudian menjadi organ-organ dalam tubuh, maupun indera-indera yang membantu makhluk hidup bertahan dan tumbuh.

Sel pun mengalami proses meiosis, menjadi sel-sel reproduksi, bagi materi organik yang berkembang biak secara seksual. Sebaliknya, adapula makhluk hidup yang berkembangbiak secara aseksual, misalnya melakukan proses membelah diri atau bertelur tanpa melalui proses pembuahan.

Ratusan juta tahun kemudian, alam semesta pun mulai dihiasi ragam materi anorganik yang seringkali dijadikan oleh materi organik bernyawa sebagai tempat untuk berkembang biak. Bumi yang menyempil kecil dalam gugusan galaksi Bimasakti, misalnya.

…tak pernah berhenti menelusuri jejak energi kosmis sisa-sisa Big Bang terjadi…

Dendam Si Anti Materi

Bagaimana dengan nasib anti materi? Sebagai pihak yang kalah, dia hanya pasrah dengan syarat dan ketentuan yang diberlakukan oleh alam semesta.

Anti materi hanya diakui keberadaannya, jika ada bintang yang melebihi batas Chandrasekkar, yakni melebihi tiga kali diameter matahari, yang karena usia dia harus mati, lalu inti bintang itu mendadak, menghasilkan daya hisap yang luar biasa kuat, hingga mampu menghisap cahaya.

Bintang mati yang memiliki daya hisap luar biasa itu bernama bintang setan alias lubang hitam atau lebih keren sering disebut black hole.

Sisa-sisa antimateri yang bertahan saat kalah ‘perang’ bertarung melawan materi ratusan juta tahun sebelumnya, seolah menjadi rendah diri dan putus asa. Mereka lalu menetapkan keberadaannya di sudut-sudut ruang sunyi di alam semesta, sambil menunggu lengahnya sang materi.

Sang materi yang karena selalu mengembang pun datang menghampiri, untuk kemudian dihisap lumat oleh si anti materi, hingga lenyap tak berbekas tanpa pernah diduga-duga.

Potret Black Hole yang pertama kali berhasil ditangkap oleh Event Horizon Telescope (EHT). Foto sumber: astronomy.com – How black holes morphed from theory to reality.

Baik anti materi kuno sisa ‘perang’ lama, maupun antimateri yang baru lahir sebagai black hole gegara bintang mati, maka keduanya bagai pihak kalah yang tetap menunggu peluang tepat menuntaskan dendamnya, meski alam semesta telah mengakui isyarat-isyarat tentang keberadaannya.

Perang kosmos itu pun berlaku hingga sekarang, 14-an milyar tahun pasca Big Bang.

Hingga saat ini pun, manusia, si materi organik bernyawa yang sementara ini dinyatakan terbukti sebagai makhluk paling berakal, tak pernah berhenti menelusuri jejak energi kosmis sisa-sisa Big Bang terjadi, demi memenuhi keingintahuan tentang sejarah terbentuknya alam semesta raya yang sangat-sangat luas ini.

Ilmu pengetahuan yang mengakomodir keingintahuan itu, bernama Astronomi.

Tak tanggung-tanggung, sebuah teleskop raksasa bernama Hubble, yang mengorbit di luar angkasa dekat bumi, diluncurkan pada pertengahan tahun 1990. Teleskop bintang ini, yang karena keberadaannya bebas dari gangguan optik ketujuh lapis atmosfir bumi, membuat ‘pandangan’nya lebih detail dan teliti.

Banyak fenomena kosmis yang direkam lalu ditelaah lebih teliti, seperti tentang terjadinya supernova, redupnya bintang menjelang mati, adanya bintang berekor karena dihisap black hole di rasi bintang Cygnus X-1, hingga bentukan-bentukan awan kosmos, yakni nebula.

…sebenarnya ‘merah mawar’ pun lalu dipaksa menjadi ‘mawar merah’…

Nebula Mata Kucing Bukan Big Bang

Tahun 1995, berkat ketajaman ‘mata’ teleskop Hubble, dunia sempat digemparkan oleh temuan sebuah nebula yang bentuknya sangat kompleks.

Temuan berupa potret nebula tersebut, melengkapi saat nebula tersebut ditemukan pertama kali pada akhir abad 18 oleh astronom William Herschel. Nebula Mata Kucing atau Cat’s Eye nebula demikian nebula tersebut dinamakan.

Temuan rinci atas nebula Mata Kucing dengan kode astronomi NGC-6543, melengkapi kajian awal atas keberadaan maupun misteri asal-muasal nebula ini, dari temuan awal pada 200-an tahun sebelum abad ke-20.

Teleskop Luar Angkasa Hubble Piranti Pendukung Pengembangan Ilmu Astronomi. Foto sumber: bussinessinsider.com - NASA’s Hubble Space Telescope photographed colliding galaxies after recovering from a month-long mystery glitch.

Bahkan, karena hasil foto nebula Mata Kucing berbentuk bagai bunga mawar merah, sempat ada kalangan tertentu mencoba mengaitkan keberadaan nebula tersebut dengan dua kata dari kutipan Kalam Ilahiah dalam Quran Surah ke-55, Ar-Rahman, ayat ke-37, tentang langit yang terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak.

Terjemahan dua kata dari kutipan ayat suci yang sebenarnya yang sebenarnya ‘merah mawar’ pun lalu dipaksa menjadi ‘mawar merah’, yang tentu punya makna sangat berbeda. Sebagian kalangan waktu itu lalu gegap gempita menyebutnya sebagai temuan yang membuktikan kebenaran Kalam Ilahiah tentang terjadinya Big Bang.

Tampilan potret Nebula Mata Kucing NGC-6543 Dalam Spektrum Warna Merah. Foto sumber: nasa.gov – The Cat’s Eye Nebula.

Sebagian kalangan tidak sepenuhnya setuju, karena warna merah dalam foto nebula NGC-6543 itu adalah hasil proses filter spektrum warna, untuk identifikasi susunan kimiawi nebula tersebut, atas tangkapan ‘mata’ Hubble yang aslinya berupa gambar foto hitam-putih.

Jadi, jika warna spektrum filter warna gelombang tinggi, maka warna merah bakal muncul. Sebaliknya warna biru kehijauan bakal tampak.

Juga, kalangan yang tak sepenuhnya setuju kala itu juga keberatan atas pemaksaan makna kutipan kata-kata ayat suci yang seharusnya ‘merah mawar’ menjadi ‘mawar merah’.

Perbedaan warna nebula Mata Kucing NGC-6543 karena penggunaan filter spektrum warna yang berbeda pula. Foto sumber: ifa.hawaii.edu - Planetary Nebulae.

Pada pertengahan tahun 2006 di Jakarta, Penulis pernah mengikuti pelatihan motivasi yang disampaikan oleh salah satu penyedia pelatihan kepemimpinan yang tengah naik daun waktu itu.

Pesertanya ratusan orang dengan biaya yang relatif tak murah. Penyajiannya kreatif, menggunakan tata suara hingar bingar dan tata cahaya gemerlapan, yang bisa mengaduk-aduk emosi setiap pesertanya.

Tanpa Penulis duga, foto nebula mata kucing dijadikan oleh penyelenggara sebagai citra utama selama pelatihan berlangsung, yang dikemas religius.

Ada kalanya semua peserta dalam kondisi ruang nan gelap gulita, diminta bersujud lalu sebagian besar diantaranya menangis sesunggukan demi melihat foto nebula Mata Kucing yang ditampilkan pada satu layar besar, ditambahi kata-kata menyayat hati sebagai pembuktian kalam Ilahiah.

Karena waktu itu Penulis sedikitnya paham tentang foto nebula berkode NGC-6543, ya Penulis nggak ikutan sujud. Paling cuman menunduk karena sungkan, dalam suasana ruang yang penuh kegelapan.

Tak hanya itu, foto nebula Mata Kucing juga dijadikan sebagai komoditi dalam ruang rehat pelatihan, dalam bingkai kuning keemasan berhias kutipan ayat suci yang dikaitkan dengan bentuk nebula tersebut yang menyerupai mawar merah.

Selesai pelatihan 2 hari, Penulis sempat protes ke pemilik penyedia pelatihan tersebut dan menjelaskan rincian nebula Mata Kucing yang menjadi maskot materi pelatihan.

Bahwa citra nebula NGC-6543 tak ada kaitannya dengan peristiwa Big Bang pertama kali 14-an milyar tahun lalu dan yang paling penting adalah keberatan Penulis atas inovasi kutipan kata-kata ayat suci Quran Surah Ar-Rahman ayat 37, yang seharusnya ‘merah mawar’ dipaksa menjadi ‘mawar merah’

Jawaban yang Penulis terima adalah karena kekeliruan pemateri pelatihan saat itu dalam menerjemahkan foto nebula Mata Kucing sebagai ledakan Big Bang.

Lho, kok malah nyalahin pelatihnya. Lha apa nggak dilakukan riset dan diberi briefing terlebih dulu kepada setiap pemateri pelatihan, sebelum tampil dihadapan ratusan orang yang sudah merogoh saku dompet dalam-dalam.

Tapi ya sudahlah, Penulis pun tak melanjutkan lagi krtitikannya. Lha buat apa, wong penyedia jasa pelatihan kepemimpinan tersebut lagi naik daun waktu itu. Harapan orang yang tengah naik daun begitu tinggi, tak elok jika dipupus. Toh, waktu juga terus berjalan dan kelak ilmu pengetahuan bakal menyadarkan banyak orang.

…citra global terhadap sisa energi gemuruh Big Bang yang terekam…

Tak Patah Arang Menelurusi Big Bang

Padahal, pembuktian adanya Big Bang telah dilakukan oleh dua fisikawan astronomi John C. Matter dan George F. Smoot yang telah meraih nobel bidang fisika, atas 10 tahun lebih penelitian terhadap perekaman suara redup berulang dari sisa-sisa dentuman besar 14-an milyar tahun lalu di alam semesta, menggunakan satelit COBE (Cosmic Background Explorer) milik National Aeronautics and Space Administration (NASA), badan antariksa terkemuka di dunia, milik pemerintah Amerika Serikat.

Satelit COBE dengan Bagian-Bagian Instrumen Pengeksplorasi Spektrum Kosmis. Foto sumber: sites.pitt.edu – Measurement of The Cosmic Microwave background Spectrum by The COBE Firas Instrument

Energi radiasi gemuruh suara Big Bang yang tetap beredar hingga kini, direkam dalam putaran 360 derajat oleh COBE, lalu dianalisa sebagai spektrum gelombang warna, ternyata membentuk suatu citra global berwarna merah dan hijau yang runtut sistematik.

Potret Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR) anisotropy sebagai hasil riset penelusuran Big Bang dalam bentuk rekaman suara redup sisa satu ledakan besar di jagat semesta raya, telah mengantar John C. Matter dan George F. Smoot meraih nobel fisika tahun 2006.

Saat penemuan tersebut, diperhitungkan bahwa citra global terhadap sisa energi gemuruh Big Bang yang terekam, berasal dari sisa-sisa suaranya 300-an juta tahun lalu.

Artinya, hingga kini pun ilmuwan astrofisik masih melanjutkan penelitian untuk mengeksplorasi energi suara Big Bang yang tersisa, hingga -sedapat mungkin- menemukan ‘arsip’ energi suara dentuman pertama terbentuknya jagat raya, sekira 14-an milyar tahun lalu.

Pencapaian ilmu dan pengetahuan dalam mengeksplorasi jejak Big Bang hingga meraih nobel tahun 2006 oleh kedua ilmuwan fisika tersebut, telah mewakili sifat manusia yang tak pernah berhenti menelusuri asal muasal keberadaannya di alam semesta.

…berisikan informasi penting tentang keberadaan bumi beserta makhluk hidup yang mendominasi…

Mulai Mencari Kecerdasan Luar Angkasa

Menyadari alam semesta sedemikian luasnya dan rasa penasaran apakah hanya manusia sebagai makhluk yang terlihat nyata sebagai satu-satunya penghuni alam semesta, juga berbekal ilmu pengetahuan fisika modern yang berkembang sedemikian pesatnya, maka jelang akhir tahun 1974, sekelompok ilmuwan astrofisika, yakni sempalan ilmu fisika yang menelaah ranah perbintangan, astronomi, mengirimkan sinyal-sinyal radio interstellar. Pengiriman pesan antar bintang, dari bumi ke luar angkasa.

Pesan Arecibo, demikian dinamakan. Sesuai dengan nama piranti yang digunakan untuk mengirim pesan-pesan itu, sebuah teleskop parabola raksasa yang berada di Puerto Rico, obsevatorium Arecibo namanya.

Kondisi Observatorium Arecibo di Puerto Rico sebelum dan setelah runtuh tahun 2020. Foto sumber: businessinsider.com - Arecibo telescope looked like before and after its disastrous collapse.

Tersusun dalam bentuk angka-angka biner, pesan Arecibo berupa kumpulan angka nol (0) dan satu (1), yang disesuaikan dengan rumusan persamaan Drake, sesuai nama perumusnya, Frank Drake.

Pesan antar bintang itu menyasar gugusan bintang di cluster M13, konstelasi Hercules demikian dinamakan, yang berjarak sekira 25-an ribu tahun cahaya.

Sosok Frank Drake perumus pola angka biner kode-kode sinyal SETI. Foto sumber: universetoday.com - What is the Arecibo message?

Dalam pesan itu, sekumpulan angka biner berisikan informasi penting tentang keberadaan bumi beserta makhluk hidup yang mendominasi tinggal di dalamnya, seperti bentuk fisik dan struktur DNA manusia, susunan gas yang menyokong kehidupan makhluk hidup di bumi, letak bumi dalam tata surya, letak tata surya dalam galaksi bimasakti, piranti yang digunakan untuk mengirim pesan ini, hingga kisaran jumlah populasi manusia saat itu.

1679 kode biner formasi 23 x 73 yang dikirim via sinyal SETI - Puerto Rico, 16 Nopember 1974. Foto sumber: universetoday.com - What is the Arecibo message?

Meski upaya pengiriman pesan ke makhluk cerdas luar angkasa, Messaging Extra Terrestrial Intelligence (METI) dalam format pesan Arecibo itu diberitakan lebih pada penerapan akan hasil pengembangan fisika modern yang dipadu dengan pemahaman astrofisika serta perhitungan kode biner matematik.

Namun tak menutup kemungkinan pengiriman sinyal pesan interstellar itu juga untuk mendapatkan jawaban apakah manusia sendirian saja menghuni alam semesta yang maha luas ini.

“Hati-hati! ‘Mereka’ belum tentu ramah bagi manusia dan seisi bumi."

Mendapat Pesan Balik dari Luar Angkasa

Sekitar 17-an tahun kemudian, jelang akhir tahun 2001, dunia astrofisika dibuat heboh dengan ditemukannya circlecrop di ladang gandum dekat area radio teleskop tempat penelitian pencarian makhluk cerdas luar angkasa, Searching Extra Terrestrial Intelligence (SETI) di Chilbolton Inggris.

Sebagian memakluminya sebagai kaitan akan pengiriman pesan Arecibo tahun 1974, yang ditafsirkan sebagai jawaban atas pesan itu yang dimungkinkan dikirim oleh si penerima pesan, yakni si Extra Terrestrial (ET), makhluk cerdas luar angkasa.

Entah mereka yang dari konstelasi M13 sebagai tujuan utama pesan Arecibo disampaikan, atau dari tempat lain saat pesan itu kebetulan mampir tertangkap sinyal pesannya oleh sekumpulan ET, sebelum jatuh ke alamat tujuan yang sebenarnya.

Pesan tanggapan Arecibo itu bermakna sebagai jawaban atas kode-kode biner yang dikirimkan oleh manusia, yakni; bentuk fisik dan struktur Asam Deoksiribonukleat (DNA) mereka, susunan gas penyokong kehidupan planet mereka, letak dan jarak planet mereka ke bumi dari galaksi tempat tinggalnya, wahana yang digunakan untuk menuju bumi, termasuk jumlah populasi mereka.

Kontroversi pun bermunculan. Ada sebagian ilmuwan juga masyarakat awam menganggapnya sebagai informasi palsu, hoax.

Agustus 2001, sinyal pesan ET sebagai jawaban menunjukkan eksistensi mereka sebanyak 21-an milyar 'jiwa' di planet ke 3, 4, 5 di konstelasi sabuk orion yang berjarak +- 25 ribu tahun cahaya dari bumi. Foto sumber: universetoday.com - What is the Arecibo message?

Namun demikian, tak pelak seorang Stephen Hawking sekalipun pada tahun itu mewanti-wanti agar proyek METI juga SETI dihentikan saja, karena jika benar pesan ET tersampaikan, belum tentu mereka kelak ketika benar sampai ke bumi, bakal bersikap ramah terhadap makhluk seisi bumi.

“Hati-hati! ‘Mereka’ belum tentu ramah bagi manusia dan seisi bumi.” Demikian pesan Hawking.

…bagi mereka yang berhasil sintas di permukaan bumi…

Pencarian Kecerdasan Luar Angkasa Dinyatakan Berhenti

Rupanya, sinyal-sinyal pencari kecerdasan luar angkasa, SETI (Searching Extra Terrestrial Intelligence), dalam bentuk kode-kode angka biner, yang mulai dikirimkan beriring suara gending Jawa Palaran pengundang makhluk astral berpadu dengan melodi komposisi musik klasik Bach sejak tahun 1974, hingga dihentikan tahun 1999 oleh NASA, telah berhasil ditangkap oleh makhluk luar angkasa yang berkoloni dalam suatu planet di galaxy far, far away, nun jauh di sana, berjarak puluhan ribu tahun cahaya dari bumi.

Cuplikan foto halaman pertama naskah laporan tentang pengiriman pesan Arecibo pada 16 Nopember 1974. Foto sumber: naic.edu - Arecibo Message Project.

Satu sisi lain pendekatan sudut pandang pandemi sejak akhir tahun 2019 ini adalah, bahwa Covid-19 merupakan media ‘kenaikan tingkat / upgrade’ bagi indera manusia setelah kode-kode genetika dalam DNA serta protein-protein dalam tubuhnya berhasil beradaptasi sepenuhnya bagi mereka yang berhasil sintas di permukaan bumi.

Makhluk-makhluk langit berbentuk melata tersebut, sengaja mengirimkan kode genetik dalam bentuk virus, yang menumpang pada meteor menembus atmosfir bumi lalu menghujam di salah satu sisi permukaannya. Kemudian menyebar merata, mengkontaminasi sel-sel tubuh makhluk hidup paling cerdas di dalamnya, yaitu manusia.

Bumi di wilayah Murchison Australia pada tahun 1969 pernah kejatuhan batu meteor luar angkasa yang mengandung asam-asam amino penyusun protein makhluk hidup. Foto sumber: researchgate.net - Recognizing life in the Solar System: guidance from meteoritic organic matter.

Tujuannya adalah setiap manusia yang bertahan hidup dan telah ditingkatkan kemampuan indera untuk melakukan komunikasi dengan ‘mereka’, agar kelak bisa berinteraksi dengan makhluk langit yang melata itu, saat ‘mereka’ bertandang ke bumi.

Senyawa Basa Nukleotida (Nukleobase) sebagai penyusun kode genetika yang terkandung dalam meteor Murchison, menjadi petunjuk tentang kemungkinan adanya kehidupan di luar angkasa. Foto sumber: researchgate.net - Recognizing life in the Solar System: guidance from meteoritic organic matter.


Dalam perhitungan, jika dipercaya bahwa makhluk ET di luar bumi itu sekian puluh kali tingkat kecerdasannya melebihi manusia paling cerdas sekalipun di bumi, maka dalam perjalanan menggunakan wahananya menuju bumi bakal mampu menembus waktu 1.000 tahun cahaya dalam satu tahun.

Sehingga berdasar saat pesan Arecibo dikirimkan yang menembus jarak 25-an ribu tahun cahaya, lalu pesan balik dari mereka pada tahun 2001 itu, maka perjalanan mereka bakal ditempuh sekira 25-an tahun sesudahnya, hingga tiba di bumi pada tahun 2025-an.

Jika memang benar demikian, betul wanti-wanti Stephen Hawking agar sinyal SETI dihentikan saja sejak diterima sinyal komunikasi balik berkode biner ke bumi oleh ‘mereka’ pada tahun 1999.

Bukan terlalu lancang untuk melampaui ranah yang menjadi kehendak-Nya.

Memohon Perlindungan Pada-Nya

Begitulah manusia, suka berkelana, mengembara demi memenuhi keingintahuannya.

Padahal, para Nabi, Rasul dan orang-orang suci jaman terdahulu, senantiasa mengajak manusia untuk berbuat kebaikan kepada sesama dan alam lingkungan, agar bumi bisa lebih lama ditinggali hingga akhir waktu nanti.

Juga, senantiasa beribadah dengan baik, selalu bertakwa kepada-Nya, tanpa perlu repot, mumet memikirkan hingga membuang banyak biaya demi mencari-cari tahu tentang keberadaan makhluk asing nun jauh di sana, di luar bumi.

Memang benar, apabila direnungkan, antara berkembangnya ilmu pengetahuan seyogyanya diimbangi dengan meningkatnya keimanan. Tak banyak Kalam Ilahiah yang disuratkan dalam kitab suci, yang membahas tentang keberadaan makhluk langit.

Hanya ada satu Kalam yang jelas-jelas menunjukkan keberadaan makhluk melata yang tersebar di langit dan bumi, yang menyiratkan bahwa sejatinya manusia dianugerahkan akal dan diajak untuk berpengetahuan serta berperilaku memuliakan sesamanya beserta seisi bumi. Bukan terlalu lancang untuk melampaui ranah yang menjadi kehendak-Nya.

Semoga, bila memang demikian jalan takdir bagi bumi, maka makhluk-makhluk ET yang melata, para alien dari luar bumi itu, tidak membawa kemudaratan. Namun justru kebaikan, yakni terhimpunnya interaksi manusia dengan ‘mereka’, yang berujung pada kemuliaan bumi beserta isinya hingga akhir waktu menjelang.

Selebihnya, menjadi penting bagi kita semua sebagai manusia yang berilmu lagi beriman, guna meyakini bahwa jika memang telah menjadi kehendak-Nya untuk mempertemukan makhluk melata yang disebar di langit dan bumi, maka hanya kepada-Nya lah kita memohon perlindungan.

Bahan bacaan menginspirasi tulisan;

  1. Quran Surah ke-42, Asy-Syura ayat 29.
  2. Quran Surah ke-55, Ar-Rahman, ayat 37.
  3. Mather, John C, Et. Al, Jan. 10, 1994, Measurement of The Cosmic Microwave background Spectrum by The COBE Firas Instrument, The Astrophysical Journal, The American Astronomical Society.
  4. Garber, Stephen J., 1999, Searching For Good Science: The Cancelation Of NASA’s SETI Program, Journal of The British Interplanetary Society, Vol. 52. Pp. 3-12, NASA History Office, Washington DC, USA.
  5. Sephton, Mark A and Botta, Olivier, Oct. 27, 2005, Recognizing life in the Solar System: guidance from meteoritic organic matter, International Journal of Astrobiology, Cambrige University Press.
  6. Anonymous, NASA TV, Mar. 24, 2008, The Cat’s Eye Nebula, nasa.gov
  7. Méndez, Roberto, 2011, Planetary Nebulae, ifa.hawaii.edu
  8. Drake Nadia, Nov. 28, 2014, 40 Years Ago, Earth Beamed Its First Postcard to Stars, api.nationalgeographic.com
  9. Tillman, Nola Taylor and Harvey, Ailsa, 2016, What is wormhole theory?, space.com
  10. Koga, Toshiki and Naraoka, Hiroshi, Apr. 4, 2017, A new family of extraterrestrial amino acids in the Murchison meteorite, Scientific Reports.
  11. Siegel, Ethan, Jan. 3, 2018, Scientists Still Don’t Know How Fast The Universe is Expanding, forbes.com
  12. Greshko, Michael, May 2, 2018, Stephen Hawking’s Most Provocative Moments, From Evil Aliens to Black Hole Wagers, nationalgeographic.com
  13. Neilson, Susie, Dec. 3, 2020, Arecibo telescope looked like before and after its disastrous collapse, businessinsider.com
  14. Levy, Adam, Knowable Magazine, Jan. 14, 2021, How black holes morphed from theory to reality, astronomy.com.
  15. Buongiorno, Caitlyn, March 3, 2021, Cygnus X-1: The black hole that started it all, astronomy.com
  16. McFall-Johnsen, Morgan, Jul. 19, 2021, NASA’s Hubble Space Telescope photographed colliding galaxies after recovering from a month-long mystery glitch, bussinessinsider.com
  17. Williams, Matt, Jan. 10, 2022, What is the Arebico message?, universetoday.com
  18. Recognizing life in the Solar System: guidance from meteoritic organic matter., researchgate.net
  19. Bubanana, 2014, Cross Stitch Arecibo Message, bubanana.wordpress.com
Telaga Asih, 20 Januari 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sugeng Tindak Pak Yahya

Balada Si Cangkem Asbak